Mangga Gepuk

Hey, apakah kau tahu mangga gepuk? Apa itu? Ya, mangga setengah matang alias mangga matang yang digepuk. Hohoho…

Pagi ini tetangga sebelah rumah yang sudah kuanggap seperti saudara sendiri mengantarkan dua buah mangga arumanis ke rumah. Mangganya lumayan besar, lebih besar sedikit dari ukuran telapak tanganku. Setelah kuamati lebih saksama, sepertinya mangga ini belum matang. Istilahnya harus di embu dulu, alias … apa ya bahasa Indonesianya? Diperam? Dibiarkan beberapa waktu agar matang dengan sendirinya. Ada juga beberapa teknik yang bisa dilakukan, diantaranya dimasukkan ke dalam wadah beras, atau ke dalam karung yang ditutup rapat dan berbagai hal lainnya. Tetapi aku memilih membiarkannya saja. Hanya sekadar aku taruh di atas wadah penyimpanan beras, hihihi.

Tetiba saja, aku kepingin mangga gepuk. Teringat masa kecil. Mungkin asal mangga gepuk ini adalah dari ketidaksengajaan, saat biasanya kita mencari mangga di pohon milik tetangga (sudah minta ijin tentunya), dengan menggunakan berbagai cara, mulai dipanjat pohonnya, memakai galah, sampai dengan melempar sandal, hihihi, asal jangan sampai nyangkut di pohon sandalnya, nanti pulang ke rumah sambil menangis, eh sampai rumah malah dimarahi oleh orang tua. “Kasian … kasian … kasiaan …,” begitu kata Ipin atau Upin ya?

Nah, saat kita mencari mangga yang masih nangkring di atas pohon, biasanya kita hanya bisa mengira-ira, mana mangga yang sudah matang betulan, mana yang belum. Tapi, biasanya mangga yang sudah matang duluan selalu saja keduluan kampret, sudah dimakan separonya. Hiiy. Apa ada yang suka mangga bekas kampret? Hehehe. Saat kita menyodok mangga dengan galah dan berhasil, tentu saja mangga itu akan melayang turun ke bawah, jatuh bebas dengan anggunnya, tergantung kesigapan tukang tangkap mangga. Apakah berhasil menangkap mangga dengan sempurna, atau nasib sang mangga akan terjun menghatam bumi?

Disinilah asyiknya mencari mangga beramai-ramai dengan teman sebaya sepermainan masa kecil dulu. Ada yang bertugas mencari galah, ada yang bertugas menyodok mangga dengan galah, ada yang mengomando (karena biasanya posisi pemegang galah tidak bisa melihat jelas mangga yang akan disodok dengan galah, maka dibutuhkan seorang komando, “ya.. ke kiri, ke atas lagi…,” sampai akhirnya mangga berhasil di sodok). Kemudian, setelah berhasil di sodok, tugas selanjutnya jatuh kepada penangkap mangga. Apa mau ditangkap dengan tangan kosong ala pemain baseboll atau memakai sarung seperti gaya petugas pemadam kebarakan saat mengantisipasi orang yang mau bunuh diri dari ketinggian. Hihihi.

Tapi terkadang, ada juga yang sengaja membiarkan mangga hasil sodokan itu jatuh bebas mencium bumi. Lalu jadilah mangga mengkal gepuk yang sungguh asyik dinikmati bersama-sama. Ambooy..

Nah, kali ini karena manggaku hasil pemberian, maka ya dibanting saja sendiri di teras rumah biar pecah. Hihihi. Setelah itu, barulah kusadari, kalau mangga gepuk itu paling enak mangga yang baru metik dari atas pohon, karena manisnya beda. Ya sudahlah, sudah terlanjur. Mari kita nikmati saja ya bersama-sama. Eh?

 

#Day14 #Squad2 #30DWC #30DWCJilid26 #30DWCDay14 #30DWCJilid26Squad2Day14 #Pejuang30DWC #Pejuang30DWCJilid26

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fokus Mencinta

Aku Menulis