Takdir, Pilihan, dan Tujuan Hidup

Aku selalu percaya, tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Ya, semua sudah ditakdirkan oleh Tuhan, Sang Penulis Skenario terbaik, aku meyakini hal itu. Namun, jalinan takdir yang terjadi pada hidup kita juga merupakan hasil dari sebuah pilihan yang kita ambil, baik secara sadar maupun tak sadar, dengan atau tanpa paksaan.

“Hidup kita adalah serangkaian kumpulan dari pilihan-pilihan yang kita ambil. Maka, pilihlah pilihan yang membuat Allah ridho padamu.” Itu adalah kutipan favorit yang kubuat sendiri walaupun pada kenyataannya, terkadang tak semudah itu saat aku harus mengambil sebuah keputusan karena adakalanya, rasa dan ego masih turut andil dalam pengambilan keputusan. Aku ingin ini, ingin itu, walau sebenarnya … sebenarnya … aku tahu …. Ya, begitulah. Isi sendiri titik-titik di atas ya … Hehehehe ….

Aku ingin bertanya, apakah kau pernah membaca sebuah buku dengan pertanyaan pilihan tentang tokoh utama ketika sampai di halaman tertentu? Baiklah, aku gambarkan saja biar jelas. Dulu, aku pernah membaca sebuah cerita pendek lipat, bonus dari sebuah majalah langgananku. Bentuknya seperti sebuah buklet hanya saja isinya lebih tebal.

Dikisahkan tokoh utama, seorang anak laki-laki melihat sebuah tabrakan di jalan saat dia pulang sekolah.  Nah, penulis ceritanya membuat sebuah pilihan pertanyaan kepada para pembacanya: apa yang akan anak itu lakukan? Jika kau memilih ia membantu korban tabrakan itu, lanjutkan membaca di halaman sekian, tapi jika kau sebagai pembaca memutuskan si anak laki-laki langsung pulang saja ke rumah, lanjutkan membaca di halaman sekian. Begitu seterusnya si penulis memberi kita pilihan yang harus kita ambil mengenai si tokoh utama itu pada halaman-halaman selanjutnya.

Mengasyikkan jadinya sebagai pembaca, kita seperti menentukan nasib kisah si tokoh utama itu. Apa yang terjadi ketika si tokoh akhirnya turut membantu korban tabrakan itu? Apa juga yang terjadi ketika dia memilih mengabaikan saja, dan berlalu dari tempat itu?

Namun, dibalik itu, aku diam-diam salut pada penulisnya yang menciptakan serangkaian plot naskah lebih dari satu. Mungkin, seperti itulah takdir Tuhan bekerja kepada kita, hamba-Nya. Pernahkah kau mendengar sebuah kisah tentang sedekah yang dilakukan oleh seorang pemuda menangguhkannya dari waktu kematian yang telah ditetapkan oleh Tuhan? Maksudnya, dia mendapat tambahan jatah umur di dunia ini akibat dari sedekah yang dilakukannya. Malam dimana esok harinya jatah umurnya di dunia berakhir, sang pemuda menyedekahkan separuh dari harta kekayaannya. Maka, skenario kehidupan yang berlaku padanya bisa berubah, tentu saja masih sesuai dengan ketetapan Tuhan Sang Maha Penulis Skenario terbaik.

Nah, begitu pula dalam kehidupan kita. Pilihan-pilihan yang kita ambil mengantarkan kita kepada pilihan-pilihan lainnya. Banyak hal atau faktor, yang terkadang memengaruhi setiap pilihan yang kita ambil, seperti faktor kawan dekat, keluarga, lingkungan dan berkaitan juga dengan empat hal yang kita lakukan akhir-akhir ini yaitu: buku atau bacaan yang kita baca, tayangan (film, berita, video) yang kita tonton, kajian, ceramah, musik atau lagu yang sering kita dengar dan lingkungan makhluk hidup teman diskusi kita sehari-hari (rekan kerja, sahabat karib, keluarga, ayah, ibu, suami, dan lain-lain). Lebih lengkapnya tentang empat hal ini bisa dibaca pada unggahan tulisanku yang berjudul Empat Hal (Pesan dari Kawan).

Terkait dengan menentukan sebuah pilihan, biasanya kita akan lebih mudah memilih atau menentukan di antara pilihan ketika kita punya suatu tujuan yang jelas. Karena tujuan itulah yang akan memandu kita. Seperti pengalamanku pagi ini saat muncul sebuah keinginan untuk memasak kolak pisang kepok. Segera saja aku bergegas menuju warung dekat rumah yang biasa menjual sayur mayur. Namun sayang, tidak ada pisang kepok di sana, melainkan pisang susu dan pisang emas. Jenis pisang buah yang memang tidak cocok untuk dimasak, melainkan langsung dimakan begitu saja seperti buah pada umumnya.

 

Karena keinginan untuk memasak pisang kepok begitu menggebu, kuputuskan untuk mencarinya sampai dapat. Saat sedang mengeluarkan motor dari teras rumah, seorang tetangga yang baru saja pulang dari jogging paginya menyapaku, menanyakan tujuan kepergianku. Aku menjawab ingin mencari pisang kepok dan beliau berkata bahwa tadi sempat melihat abang sayur yang biasa mangkal di depan ruko JnT membawa pisang kepok dalam kendaraan pick up-nya. Wah, sebuah petunjuk yang sangat berharga untukku agar aku tak pusing berkeliling mencari penjual mana yang menjual pisang kepok pagi ini. Segeralah aku meluncur menuju tempat mangkal abang sayur yang dimaksud dan benar saja, aku melihat dua tandan pisang kepok yang sangat elok setia menanti seseorang meminangnya. Aku memilih salah satu tandan pisang kepok besar itu dan membawanya pulang dengan riang. Begitulah, mestakung, semesta mendukung keinginan kuat kita dalam meraih sesuatu dan membantu mewujudkannya dengan cara yang menakjubkan dan terkadang tanpa kita duga. Ada kaitan erat antara pilihan dan tujuan, serta sebuah kesempatan. Semuanya adalah serangkaian hal yang saling terhubung. 

 

Tentang sebuah pilihan itu, aku juga meyakini sebuah temuan oleh Edward Norton Lorenz, seorang ilmuwan meteorologi,  pada tahun 1961 dalam Chaos Theory (Teori Kekacauan) yang disebut The Butterfly Effect. Pernah kalian mendengar tentang hal ini? The Butterfly Effect dalam Chaos Theory merupakan sebuah temuan tentang hal kecil (setara kepakan sayap kupu-kupu) yang bisa menimbulkan dampak besar. Efek Kupu-kupu temuan Lorenz ini bisa menjelaskan bahwa sebuah kepakan sayap kupu-kupu di Belantara Brazil bisa menyebabkan badai tornado di Texas, Amerika Serikat. Ada banyak tulisan tentang hal ini, kau bisa mencarinya sendiri kalau mau, tentu saja dengan kekuatan mesin pencari, hal itu mudah saja dilakukan.

Aku sendiri juga punya pengalaman tak terlupakan tentang The Butterfly Effect ini yang terjadi saat menjadi seorang penimba ilmu yang tinggal di rumah kontrakan bersama teman-teman lain yang senasib dan seperjuangan. Suatu saat, aku sedang asyik menonton televisi bersama seorang teman. Dia duduk menyandar tembok sambil membawa sebuah mug berisi air. Tak lama, dia beranjak pergi dan meninggalkan mug yang tadi dibawanya. Mug itu sebenarnya tergeletak di dekat tembok, tapi tembok itu terletak di dekat akses jalan masuk dan keluar satu-satunya menuju pintu rumah.

Sempat terbersit sebuah niat di kepalaku untuk memindahkan mug itu ke atas meja tempat televisi berada, tetapi aku sedikit lupa alasannya, ada hal lain yang membuatku menunda melakukannya. Benar saja dugaanku, mug itu akhirnya tersenggol oleh seorang teman yang hendak keluar rumah. Untungnya, mug itu tidak berisi air penuh, hanya ada sedikit air tersisa yang kemudian menggenang di lantai keramik yang licin. Karena dia buru-buru, maka tak sempat membereskan kekacauan yang dilakukannya.

Aku pun segera beranjak ke belakang, bermaksud mengambil lap untuk membersihkan sedikit genangan air di lantai. Namun, tak disangka, dalam hitungan detik, ada seorang teman yang baru saja masuk ke rumah dan dia pun akhirnya terpeleset genangan air yang belum sempat ku bereskan dengan lap itu. Untungnya, dia tidak apa-apa. Aku sangat lega sekali. Well, jangan pernah meremehkan orang yang jatuh karena terpeleset ya, karena sekali waktu aku pernah membaca sebuah berita tentang orang yang jatuh karena terpelest dan berujung fatal. 

 Aku pun hanya bisa membatin, kalau saja tadi aku lebih sigap segera memindahkan mug itu ke atas meja, kejadian semacam ini mungkin tidak akan terjadi. Well, kalau saja…  kalau saja… seandainya.. dan segera sadar lalu beristighfar karena sebagai seorang muslim, aku harus menghindari mengucapkan kata-kata ini ketika ada sebuah kejadian yang telah terjadi atau menimpa diri seseorang. Yang bisa aku lakukan adalah mengambil hikmah dari kejadian yang telah terjadi dan hikmah yang kudapat dari peristiwa kecil ini tersimpan dalam kenanganku sebagai sebuah pengalaman yang membuktikan tentang temuan The Butterfly Effect. Sebuah efek kecil yang terjadi tapi membawa dampak yang besar.

Aku akhirnya jadi sadar, kenapa senyuman atau sekadar menunjukkan muka manis kita kepada teman atau saudara, menyingkirkan duri dari jalan, hal-hal receh yang mungkin seringkali dianggap remeh bisa masuk dalam hitungan sedekah, bukan hitungan amal kebajikan pada umumnya, tetapi terhitung sebagai amal yang nilainya setara seperti ketika kita melakukan sedekah. Kemudian, sebuah pemahaman lain tiba-tiba masuk dan menohok pikiranku ketika aku tengah menuliskan tentang hal ini.

Aku sering mendengar, dalam kajian-kajian atau ceramah agama, kisah-kisah ketika seseorang datang kepada para alim ulama atau seseorang yang dianggap tinggi ilmu dan kesholehannya, meminta saran tentang masalah-masalah yang dia hadapi dalam hidupnya. Jawaban para ulama itu umumnya seragam yaitu menyuruh orang yang datang mengadu untuk membenahi salat mereka. Bahkan, dalam sebuah kajian disebutkan ada seorang kyai yang memberikan buku yang sangat melegenda yaitu Risalah Tuntunan Salat Lengkap karya Drs. Moh. Rifai terbitan PT. Karya Toha Putra Semarang dengan cover khasnya yang berwarna ungu itu. Beliau berkata pada orang yang datang kepadanya mengadukan masalah-masalah hidupnya, “pulanglah, bawa buku ini, bacalah buku ini sebanyak 70 kali, resapi, pahami maknanya dan berusahalah sebisamu untuk membenahi salatmu.”

 

Ya, salat. Salah satu ibadah yang penting bagi umat Muslim karena merupakan ibadah yang pertama kali dihisab saat hari perhitungan amal nanti. Aku pun kemudian merenung-renung sendiri. Salat. Ya, salat wajib lima waktu kita. Hal itu kan seperti … seperti sebuah kepakan sayap kupu-kupu. Jika kita melakukannya dengan baik dan benar (termasuk dalam hal wudhu sebelum salat), apalagi di tambah dengan tepat waktu alias tidak molor, di tambah lagi dengan salat berjamaah, di masjid ataupun di rumah, di tambah lagi dengan tuma’ninah dalam gerakan salat alias tidak terburu-buru mendirikan salat, memperbaiki bacaan salat sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang benar,  maka, efeknya … dampaknya … bisa jadi pada jodoh yang belum datang-datang, buah hati yang tak kunjung ada, hutang yang tak kunjung terbayar, dan masalah-masalah hal-hal lain yang mewarnai kehidupan terjadi pada kehidupan manusia di muka bumi ini. Belum lagi ditambah salat-salat sunah lainnya dengan tujuan khusus. Salat dhuha sholah hajat, salat tahajud, salat istikharah. Masya Allah.

Nah, begitulah mungkin temuan The Butterfly Effect bisa menjelaskan pengaruh salat kita sebagai seroang muslim dalam hal lainnya. Benahi dulu salatmu, maka hal-hal lain dalam hidupmu insya Allah ikut berubah. Siapa yang bagus salatnya, maka baguslah seluruh amalan lainnya.

Ya, Tuhan memang telah menetapkan takdir hidup setiap manusia yang telah tertulis dalam sebuah Kitab agung bernama Lauhul Mahfuz jauh sebelum manusia itu sendiri dilahirkan; tentang garis hidupnya, seperti lahir, mati, jodoh, dan rezekinya. Namun, kita bisa saja merubah takdir, sebenarnya mungkin istilah yang tepat bukan merubah takdir ya, karena mungkin saja dalam kitab itu sebenarnya tertulis banyak sekali alur cerita atau skenario dalam hidup kita. Saat kita tiba pada sebuah pilihan, atau tentang sebuah keputusan, maka telah tertulis scenario A, B, C hingga Z bahkan mungkin sampai tak terhingga tentang apa yang akan kita lakukan atau kita putuskan. Pilihan yang kita buat bisa jadi tak hanya memengaruhi hidup kita saja, namun juga hidup orang-orang di sekitar kita, bahwa dalam cakupan yang lebih luas lagi.

Dalam bukunya yang berjudul Makelar Rezeki (Rahasia Penyalur Energi Sukses dan Mulia), Jamil Azzaini menuliskan:

Satu peristiwa yang terjadi bisa membuka atau menutup peluang terhadap terjadinya peristiwa lain yang lebih besar. Karena kemungkinan-kemungkinan yang dialami oleh seseorang juga memengaruhi dan dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan yang dialami orang lain. Dengan fakta ini, seluruh manusia di dunia ini seolah-olah berada dalam suatu ruangan tanpa batas dengan kombinasi kemungkinan yang tak terhingga jumlahnya.

Penelitian ini menambah keyakinan saya bahwa setiap apa yang kita pikirkan, apa yang kita lakukan, sekecil apa pun, akan memengaruhi kejadian di alam semesta ini, baik secara langsung atau tidak langsung. Setiap kepakan kebaikan atau kepakan keburukan yang Anda lakukan, pasti akan memiliki efek bagi kehidupan banyak orang di sekitar Anda. (Hal 18-19)

Begitulah skenario yang mungkin Allah buat untuk seorang hamba-Nya. See, betapa Maha Pengasih, Peduli dan Perhatian-Nya Allah pada kehidupan seorang hamba-Nya. Berikut aku kutipkan beberapa ayat dalam Al Qur'an tentang Kekuasaan dan Ketetapan Allah pada makhluk ciptaan-Nya dan beberapa ayat tentang salat sebagai bahan perenungan selanjutnya.

Ayat-ayat dalam Al Qur’an tentang Kekuasaan dan Ketetapan Allah terhadap makhluk ciptaan-Nya

 Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Hud (11) ayat 6)

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (QS. Al Baqarah (2) ayat 255)

 Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Yunus (10) ayat 3)

 Ayat-ayat dalam Al Qur’an tentang Salat

 Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. Hud (11) ayat 114)

 Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat) (QS. Al Isra (17) ayat 78)

 Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (QS. Al Isra (17) ayat 79)

Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS. Al Hajj (22) ayat 77)

Catatan:

Hal ini mungkin termasuk tema yang cukup berat untuk dituliskan atau dibahas, tetapi nyatanya, hal ini telah selesai kutuliskan juga, sepanjang pemahaman dan ilmu yang kumiliki. Ide awal yang masuk ke pikiranku sebenarnya adalah sebuah ide tentang tulisan yang rencananya akan kuberi judul Sebuah Perjumpaan.  Namun akhirnya aku malah mendapat sebuah ide tulisan dengan judul di atas ini. Sedangkan tulisan berjudul Sebuah Perjumpaan sendiri, insyaAllah akan ku publish di unggahan beikutnya.

Terima kasih atas perhatiannya.

 

Referensi tulisan:

situs tafsir terjemahan di https://tafsirweb.com/

Azzaini, Jamil, Makelar Rezeki, Rahasia Penyalur Energi Sukses dan Mulia, Bandung: Mizania, 2012.

Referensi gambar:

https://www.kompasiana.com/image/dheniindra/5cd50cee75065758a77df852/we-called-the-butterfly-effect

https://furtheredagogy.files.wordpress.com/2016/01/699c34ec93c77cb8ac98ee5842610b54.jpg

 

#Day17 #Squad2 #30DWC #30DWCJilid26 #30DWCDay17 #30DWCJilid26Squad2Day17 #Pejuang30DWC #Pejuang30DWCJilid26

 

 N.B. Aku lalu teringat sebuah tulisan yang aku dapat di salah satu status WA seorang teman, saat awal pandemi kemarin. Aku pasang disini sebagai sebuah pengingat saja, dan tambahan info.

Beware of Your Mind, Becareful of What You Wished For....

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fokus Mencinta

Aku Menulis