Sebuah Perjumpaan

 Apa makna sebuah perjumpaan untukmu, Kawan?

Tulisan ini adalah tulisan sequel dari tulisan sebelumnya, karena menurut saya saling berkaitan. Tidak apa-apa jika tidak membaca postingan sebelumnya ketika membaca tulisan ini, karena tidak ada bagian yang terpotong dari tulisan sebelumnya.


Kali ini, aku ingin bercerita tentang sebuah perjumpaanku dengan sebuah nama, bukan perjumpaan langsung melainkan sebuah perjumpaan di dunia maya. Sama halnya dengan takdir akan suatu peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, sebuah perjumpaan ini pun kuyakini sebagai sebuah takdir atas apa yang telah kita lakukan di masa lalu, pilihan-pilihan yang telah kita buat.

Jadi, aku akan mengawalinya dengan sebuah perkenalan. Saat ada seorang anggota baru yang masuk ke dalam lingkaran kecilku, kurang lebih hampir dua tahunan yang lalu. Dia pindah kesini bersama keluarga kecilnya, mengikuti suami yang dipindah tugaskan ke kota di mana aku tinggal sekarang.

Usianya lebih mudah daripada aku, bahkan usia suaminya pun masih lebih tua usiaku daripada mereka. Namun, usia perkawinan kami, sama. Dalam dunia keluarga, aku menciptakan teori sendiri bahwa usia yang sebenarnya itu bukan patokan yang sebenarnya, melainkan usia pernikahan. Dia punya dua orang anak. Yang pertama, seorang putri yang usianya hanya terpaut dua bulan dengan putri pertamaku. Yang kedua, seorang anak laki-laki yang usianya sekarang sepertinya sudah dua tahun lebihm dan kini ia tengah mengandung anak ketiganya. MasyaAllah.

Dia bisa masuk ke dalam lingkaran kecilku karena diajak Mbak H, teman satu lingkaranku yang ternyata merupakan tetangga dekatnya. Jadi, Mbak A ini pindah ke rumah tempat di mana Mbak H tinggal untuk sementara. Selanjutnya, aku malah lebih akrab dengan Mbak A daripada Mbak H yang merupakan tetangga dekatnya, sampai akhirnya Mbak H mendapat rejeki untuk bisa beli rumah sendiri, dan pindah dari rumah kontrakannya itu. Rumahku sendiri terhitung beda kompleks dan harus menyeberang jalan raya dengan rumah kontrakan Mbak A. Ya, jika diniatkan untuk jalan kaki, lumayan juga hitung-hitung sekalian olahraga.

Sejak Mbak A bergabung dengan lingkaran kami, aku sering bertukar pikiran dengannya, sering main bersama, dan berangkat bersama saat jadwal lingkaran kami bertemu. Kadang kami saling mengunjungi ke rumah masing-masing. Namun, karena mbak A terhitung lumayan repot dengan dua batita, maka terkadang aku yang lebih memilih berkunjung ke rumahnya.

Aku dan mbak A bisa merasa akrab karena ada kecocokan antara kami berdua, meskipun karakter kami itu beda. Jadi, kalau boleh dibilang, karakter keluargaku dan keluarga mbak A itu saling silang. Karakterku itu mirip-mirip sama karakter suaminya mbak A, begitu juga sebaliknya. Hehehe. Seru kan?

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fokus Mencinta

Aku Menulis