Empat Hal (Pesan dari Kawan)
Empat hal yang pertama (aku lupa siapa yang memberitahuku empat hal ini, tapi aku masih ingat pesannya) adalah tentang sesuatu yang tidak dapat ditarik kembali di dunia ini, yaitu:
- Batu, ketika sudah kau lemparkan
- Ucapan, ketika sudah kau lontarkan
- Waktu, ketika ia sudah berlalu
- Yang keempat, aku lupa-lupa ingat, sepertinya adalah kesempatan yang datang menghampirimu dan kau melewatkannya begitu saja.
Tentang kesempatan ini, ada peribahasa yang mungkin sudah amat familier di telinga kita, yaitu: kesempatan yang sama tidak akan pernah datang dua kali. Maksudnya adalah kita dianjurkan untuk bersegera bertindak atas kesempatan pertama yang datang menghampiri kita. Coba dulu saja. Ya, memang bisa jadi nanti akan ada kesempatan yang kedua, yang mungkin saja mirip dengan kesempatan pertama yang datang menghampiri kita, namun tentu saja yang namanya kesempatan kedua itu tidak akan pernah sama dengan kesempatan yang pertama. Apalagi, tidak ada yang bisa menjamin bahwa akan ada kesempatan yang kedua. Nah kan, aku jadi ingat kalau ingin membuat sebuah tulisan berjudul “Kesempatan yang Hilang.” Baiklah kalau begitu, aku buat untuk unggahan berikutnya saja ya.
Sekarang, lanjut dulu membahas empat hal yang dituturkan oleh seorang kawan saya yang lainnya, yaitu tentang hal-hal yang bisa memengaruhi gagasan, pemikiran dan pribadi seseorang, yakni:
- Bahan bacaan (buku) yang (sering) dibacanya,
- Tontonan (film, video) yang (sering) ditonton,
- Ceramah/ kajian/ musik/ lagu yang (sering) di dengarkan, dan
- Orang (bisa juga bermakna komunitas) yang (sering) diajak berdiskusi/ berkumpul bersama dalam jangka waktu yang lumayan lama.
Nah, itulah keempat hal yang bisa memengaruhi pola pikir seseorang, terkadang tanpa sadar. Apalagi jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Ada peribahasa Arab yang sangat terkenal, yaitu tentang seseorang yang bergaul dengan penjual minyak wangi, maka ia pun akan ikut kecipratan wanginya, meskipun sedikit. Lain halnya seseorang yang berteman akrab dengan penjual arang, maka ia bisa saja terkena hangus arang si penjual, meskipun sedikit. Nah, ketika kedua teman itu sering bertemu, yang sedikit-sedikit itu bisa jadi akan menjadi karakter (orang mungkin akan mengira, teman si penjual minyak dan penjual arang itu adalah seorang pedagang minyak atau penjual arang yang sebenarnya, meskipun pada kenyaatannya, dua orang itu adalah teman akrab masing-masing penjual).
Pada kenyataannya, fitrah seseorang itu adalah condong kepada segala sesuatu yang menarik minatnya. Seperti aku yang saat ini tengah menggeluti kembali dunia kepenulisan, maka tentunya aku akan mencari segala sesuatu hal yang berhubungan dengan dunia tulis menulis, komunitas menulis, para pecinta buku, seni, karya sastra, orang-orang yang suka menulis, membuat konten, para blogger, dan sejenisnya.
Nah, salah satu yang aku lakukan sekarang adalah mencemplungkan diri ke dalam kelas menulis bertajuk 30DWC (30 Days Writing Challenge) besutan Kak Rezky Firmansyah. Sebuah kelas menulis yang memaksa pesertanya untuk aktif (bahasa halusnya dari memaksa, hihihi) pesertanya untuk menulis tulisan baru setiap hari di media digital masing-masing selama 30 hari tanpa henti, tanpa tapi, tanpa nanti dan berusaha menulis dari hati.
Disinilah aku berada sekarang. Mengambil kesempatan pertama yang datang kepada diriku melalui jalan yang telah ditunjukkan olehNya. Aku berdo’a dan berharap kepada diriku semoga bisa istiqomah menjalankan tantangan 30DWC Jilid 26 di kelas Empire of Writer bersama Squad 2 ini sampai akhir. Aamiin… yaa rabbal ‘aalamiyna…
#Day9 #Squad2 #30DWC #30DWCJilid26 #30DWCDay9 #30DWCJilid26Squad2Day9 #Pejuang30DWC #Pejuang30DWCJilid26
Komentar
Posting Komentar