Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Berita Kematian

Bismillahirrahmanirrahiim... Siang ini, ba’da shalat Jum’at, sebuah chat WA masuk dari Bapakku, mengabarkan kalau Pak I, tetangga rumah kami, meninggal dunia.   Innalillahi wa inna ilayhi raaji’uun. Aku kembali mengirim chat kepada Bapak, apa pasal beliau meninggal, solanya setahuku beliau masih terhitung muda, (ya aku tahu ajal kan memang tidak dihitung dari umurnya) putrinya tiga, yang sulung sepertinya masih duduk di bangku kuliah sedangkan yang bungsu sepertinya sudah masuk SMP, kalau aku tidak salah hitung. Soalnya, sudah lama sekali aku tidak berjumpa dengan keluarga mereka. Jadi, Pak I dan istrinya itu LDR beda kota, ya perjalanan memakai motor memakan waktu sekitar 1 jaman lebih sedikit. Mereka sudah punya rumah di kompleks aku tinggal. Awalnya tinggal bersama, karena pekerjaan Pak I ada di kotaku, sedangkan istrinya mengajar sebagai guru. Tak lama, istrinya diangkat pegawai, tetapi sayangnya di tempatkan di kota yang berbeda dengan kantor Pak I. Akhirnya, Bu I pun terpaksa h

Sebuah Kelahiran

Menjelang fajar subuh hari. Aku terbangun sendiri. Setelah bersih-bersih diri, kumulai rutinitas pagi. Membuka laptop dan mulai mengetik. Ah, tak terasa hari ini sudah hari ke-15 aku mengikuti tantangan kelas menulis 30DWC ini. Aku mulai melihat-lihat judul file naskahku yang menanti   dengan sabar untuk berpindah folder dari Gagasan ke folder Finished Writing sebelum akirnya menjadi penghuni tetap folder Published Writing . Namun, tak ada satupun judul naskah yang menarik minatku saat itu. Begitulah “penyakit” yang biasa kualami, saat sedang punya cukup banyak waktu luang, eh, kurang mood untuk menulis atau merampungkan naskah-naskah yang sudah setengah jadi. Saat tak ada waktu yang cukup, ide-ide dan mood menulis malah datang dengan deras. Kadang, hal ini membuat geram dan gemas. Ya, begitulah tantangan menjadi seorang menulis. Aku memejamkan mata sejenak, dan menarik nafas. Kuingat-ingat lagi sebuah kutipan yang bisa membantu melecutkan semangat. “A professional writer is

Mangga Gepuk

Hey, apakah kau tahu mangga gepuk? Apa itu? Ya, mangga setengah matang alias mangga matang yang digepuk. Hohoho… Pagi ini tetangga sebelah rumah yang sudah kuanggap seperti saudara sendiri mengantarkan dua buah mangga arumanis ke rumah. Mangganya lumayan besar, lebih besar sedikit dari ukuran telapak tanganku. Setelah kuamati lebih saksama, sepertinya mangga ini belum matang. Istilahnya harus di embu dulu, alias … apa ya bahasa Indonesianya? Diperam? Dibiarkan beberapa waktu agar matang dengan sendirinya. Ada juga beberapa teknik yang bisa dilakukan, diantaranya dimasukkan ke dalam wadah beras, atau ke dalam karung yang ditutup rapat dan berbagai hal lainnya. Tetapi aku memilih membiarkannya saja. Hanya sekadar aku taruh di atas wadah penyimpanan beras, hihihi. Tetiba saja, aku kepingin mangga gepuk. Teringat masa kecil. Mungkin asal mangga gepuk ini adalah dari ketidaksengajaan, saat biasanya kita mencari mangga di pohon milik tetangga (sudah minta ijin tentunya), dengan mengguna

Kebingungan dalam Memilih Ide Tulisan

Well, kemarin aku telah membahas dan mengupas tuntas tentang kebuntuan ide menulis yang dialami oleh penulis, terinspirasi dari KOUF Squad 4 yang disampaikan oleh Fighter Anisa (@anisaanza). Sekarang aku ingin menuliskan tentang hal ini, kebingungan dalam memilih ide tulisan, yang sebenarnya aku alami sendiri. Jujur saja, aku tidak terlalu mengejar poin dalam kelas menulis 30DWC ini, karena aku memang punya target sendiri, yaitu membentuk kebiasaan menulis yang sampai sekarang sedang kujalani ini. Ya, Alhamdulillah setiap hari aku senantiasa menulis walaupun untuk setoran tulisan memang aku masih sering telat akhir-akhir ini karena waktu untuk menuliskannya yang tak bisa terkejar sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Hari ini aku sebenarnya aku sedang bingung ingin menyetorkan judul tulisan yang mana dan akhirnya aku buat saja judul ini, hihihi. Jika orang lain mungkin masih berbingung ria mencari tema atau topik dan gagasan untuk tulisan mereka, aku malah merasa sang

Kebuntuan Ide dalam Menulis (KOUF Squad 4)

Gambar
“Seorang penulis adalah seseorang yang tetap senantiasa menulis bermakna dalam suasana dan kondisi apapun.” –Nine Nindya) Mau senang, sedih, galau, bahagia, rindu, lagi sibuk pindahan, banyak kerjaan, anak sakit, keluarga ada yang meninggal… tanpa alasan apapun. Pokoknya, harus tetap menulis bermakna. Ya, aku selalu menyematkan kata bermakna, menulis bermakna, dalam artian, tulisan yang kita tulis (baik sekadar tulisan pendek seperti kutipan, status WA ataupun tulisan panjang) merupakan sebuah tulisan yang bisa diambil manfaatnya meskipun secuil, baik bagi diri kita sendiri sebagai penulisnya, maupun bagi orang lain yang membacanya. Well , menurutku hal itu bisa saja dilakukan asal banyak latihan. Ya, karena aku sendiri yang telah menuliskan hal itu, terinspirasi dari kutipan Richard Bach, “a professional writer is an amateur who didn’t quit.” Seorang penulis professional adalah seorang yang berawal dari penulis amatir/ penulis pemula namun dia tak pernah berhenti menulis dan te

Feedback 30DWC ala Empire of Writers

Well, tak terasa sudah 10 hari berlalu sejak aku “ mencemplungkan ” diriku sendiri ke dalam sebuah tatangan kelas menulis online bertajuk 30DWC ini. Masih tersisa 20 hari lagi yang harus dilewati sebelum akhirnya sampai ke garis finish (macam perlombaan aja, xixixi). Eh tapi, memang ini bolehlah dikatakan semacam perlombaan, yaitu perlombaan menantang diri sendiri untuk tetap konsisten menulis selama 30 hari, tanpa tapi, tanpa nanti, dan berusaha untuk menulis dari hati dengan hati-hati agar tak typo (salah ketik kata) atau keliru ejaan yang benar dan juga menempatkan tanda baca sesuai pada tempatnya. Kali ini, aku ingin sedikit menuliskan rasaku (bahasa kerennya curahan hatiku) tentang 10 hari yang telah berjalan di kelas Empire of Writers ini, terutama tentang   feedback 30DWC sebagai salah satu agenda yang ada di tantangan kelas menulis online ini. Sedikit gambaran dariku, di 30DWC ini ada 3 macam feedback , alias masukan atau kritik dan saran yang membangun atas tulisan yang

Kesempatan yang Hilang

Baiklah, aku akan segera menuliskan tentang kesempatan yang hilang ini, sebuah gagasan yang pernah mampir dalam benakku dan kini hadir kembali, sebelum ia menghilang tanpa jejak (baca: aku kehilangan rasa untuk menuliskannya kembali). Kesempatan yang ada hanya datang satu kali. Jangan sia-siakan kesempatan apapun yang datang menghampiri kita. Ambil dulu, pikir belakangan (intinya, jangan kebanyakan mikir atau pertimbangan). Begitulah peribahasa yang mungkin sudah sering kita dengar di masyarakat, dan aku meyakininya. Namun sayangnya, terkadang menjalankan apa yang kita yakini di lapangan tak semudah mengucapkannya. Ya, aku pernah mengalaminya. Beberapa kali malah. Melewatkan kesempatan yang datang kepadaku dan tentu saja akhirnya aku menyesalinya. Merutuki diriku sendiri kenapa banyak berfikir atau pertimbangan. Well, sesal itu berasa sesak di dada ini, kemudian berikrar janji kembali besok-besok tak akan pernah lagi melewatkan kesempatan yang datang menghampiri. Namun, apa day