Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Menu Spesial Malam Ini

Aku melongok ke dalam lemari pendinginku dengan prihatin. Kering meranggas seperti hutan di musim kemarau panjang. Tak ada hijau-hijaunya. Botolpun kosong melompong. Hanya sedikit yang terisi. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku lagi badmood berat. Jadi, mau ngapa-ngapain nggak ada seleranya. Nggak selera makan, nggak selera masak, termasuk nggak selera belanja. Hmmm.. mungkin karena si kecil sedang lagi nggak enak badan (ini juga ketularan emaknya). Mungkin karena cuaca yang serba tak menentu. Sebentar panas, mendung, lalu hujan rintik-rintik sebentar, panas lagi lalu tiba-tiba mendung pekat disusul petir menggelegar menyambar-nyambar. Ah... Saat panas, tak kuasa menolak godaan minuman dingin walau itu air bening dari kulkas (padahal aku lagi menyusui, katanya kalo bisa hindari yang namanya ice, apapun bentuknya (es balok, air es, es cendol, es campur, es dawet, es krim, hmmm.. lho kok jadi mendaftar nama-nama es?) Tapiiii... eike gak kuat cyiin... dan akhirnya diriku gelap mata. Ah, sa

Masakan Keluarga

Masakan keluarga meski sederhana dengan bahan dan bumbu seadanya lezat tak terkira istimewa penuh makna Masakan keluarga diracik dengan penuh cinta sepenuh jiwa sepenuh raga senandung bahagia oleh ibunda tercinta Masakan keluarga disantap bersama semua duduk di sekeliling meja penuh canda penuh tawa hangat terasa Masakan keluarga selalu menggugah selera betapapun sederhana menjadi obat pelipur lara dikala hati sedang berduka Masakan keluarga walaupun ala kadarnya sesekali, berbagi dengan tetangg wujud syukur keluarga kepada Tuhan Pemberi Ni'mat dan Karunia atas limpahan anugerahNya yang tak terhingga Masakan keluarga pengikat tali jiwa anggota keluarga dimanapun mereka berada Ah, betapa sedapnya #ruangmenulis #writingtresnojalaransokokulino #komunitasmenulis21 #tulisanbebastentangsajak #oktoberpekankedua #postharikamis

Sihir Ajaib Si Bubuk Putih

Aku mendesah pelan saat masuk ke ruangan kecil yang lembab itu. Ruang favorit semua keluarga di setiap rumah karena hampir bisa dipastikan ruangan itu tak pernah sepi dari kunjungan penghuni rumah. Bahkan, bagi keluarga besar yang punya banyak anggota di rumah, terutama anak-anak, ruangan itu terkenal sebagai sumber keributan di setiap pagi yang sibuk. Ruangan yang terkadang berbau harum semerbak mewangi, atau kadang juga berbau apek, tak jarang malah berbau pesing. Ruangan yang kini kumasuki malah tak berbau, eh sedikit berbau lembab karena ruangan ini sekarang tak menjadi ruang favorit keluarga. Tentu saja karena hanya ada seorang anggota keluarga saja di rumah besar ini. Tapi sekarang, bertambah tiga anggota lagi setelah aku membawa keluarga kecilku pulang kampung. Aku terdiam cukup lama sambil menatap dasar bak yang hitam kelam. Terlihat gurat-gurat seperti bekas cacing? Ah, pokoknya benar-benar menjijikkan sekali. Padahal bak kamar mandiku terbuat dari keramik berwarna biru mu

Musuh Bebuyutan

"Enak?" Ia hanya mengangguk. Mulutnya masih penuh. Bahkan, ia sampai mengangkat mangkuknya, untuk memperpendek jarak sendokan sup ke mulutnya. Tak lama ia telah meletakkan mangkuk sup beserta sendoknya. Sibuk mengelap mulutnya dengan tisu. Aku melirik isi mangkuk. Habis. Tandas tak bersisa. Itu artinya memang benar-benar enak baginya. Aku segera membereskan piring, mangkok, sendok dan kawan-kawannya yang kini tergeletak tanpa isi. Saat beranjak menuju tempat cucian piring, aku menghela nafas kecewa. Jujur, aku sangat senang sekali ia menghabiskan hidangan yang aku sajikan. Itu artinya, tidak ada sisa makanan yang akan terbuang percuma alias mubadzir. Biasanya, ia memang selalu berusaha menghabiskan hidangan yang kusajikan. Tanpa banyak komentar, tanpa banyak cakap. Kurang ini. Kurang itulah. Karena begitulah sifatnya. Tapi aku tahu dan mulai paham. Setelah beberapa lama tinggal seatap dengannya dan mulai terbiasa dengan sikap dan gerak-geriknya. Malam ini, aku tahu ia meng